Pilihan Ini
FYI, ini kali kedua aku menulis entri ini dan sempat membuatku kesal. Tulisan yang sebelumnya belum sempat ku-save, eh, tau-taunya laptopku hang, mungkin ketularan error sama pemiliknya, hehe... Oke, kita ulang lagi, tentu saja dengan sususnan kalimat-kalimat baru, huhuhu...
Well, hari ini adalah hari yang melelahkan bagiku. Begitulah, pasalnya hari ini kami geladi resik wisudaan di auditorium USU. Bagiku itu melelahkan apalagi pulangnya harus ke kampus buat ambil undangan wisuda buat orang tua dan legesan SKTL yang lamanya naujubilah dibandingkan dengan proses yang dialami teman-temanku. Dua minggu lebih untuk mengurus dua lembar keramat, SKTL dan transkrip nilai. Waktunya yang cukup menyita waktuku (hehe, belagu amirr...). Dan gak cuma itu ketidakberuntungaku, ternyata transkrip nilai yang kuterima cuma 4 lembar padahal yang kuserahkan itu ada 5 lembar, lalu ke mana si satu lembar itu? Mungkin hanya si pe-legalisir yang tahu keberadaannya. Akh, sudahlah gak perlu dipikirin lagi, yang penting kan, sudah selesai... Semoga saja kekurangan ini tidak menghalangi kelancaran prosesku berikutnya.
Gak cukup sampai di situ aja, ada hal lain yang bikin aku pusing dan 'cape deh' hari ini, yaitu kehebohan teman-temanku mengenai lamaran pekerjaan di perusahaan perkebunan yang pernah kuceritakan sebelumnya. Mereka sudah menyiapkan semuanya bahkan rencananya akan mengantarkan amplop lamarannya hari ini juga. Wah, betapa semangatnya mereka. Sementara aku dan beberapa teman lain masih harus melengkapi berkas, baru mengantarkannya besok hari. Jujur aja aku jadi tidak terlalu bersemangat saat mengetahui harus mengantarkannya berbeda dengan temanku, tetapi mungkin itulah jeda yang harus kulewati untuk berpikir ulang. Apakah ini benar-benar "pilihan tepat" atau aku harus memilih yang lain??
Begitulah, saat aku sampai di rumah, pikiranku masih bercabang dan melanglang buana. Aku terlalu berat untuk memilih apa yang dipilih oleh teman-temanku. Aku rasa dan aku pikir aku punya pilihan sendiri. Aku punya visi pribadi sendiri (kayaknya berat banget ya pembicaraannya, hehe..). Dan untuk semua itu aku harus berani mengambil keputusan sendiri, meskipun itu akan membuatku berbeda dengan yang mereka pilih. Oh God, beneran, aku bingung harus bagaimana. Yang aku tahu setiap kali aku melakukan apa yang aku sukai dan aku rindukan ini, hatiku menggebu-gebu, karena aku menyukainya, bahkan mungkin sangat menyukainya. Aku gak ngerti. Yang aku tahu, aku senang sekali mengerjakannya. Apakah ini yang dikatakan panggilan hidup, atau dengan istilahku visi pribadi.
Sesampainya di rumah, benar saja aku terus kepikiran tentang lowongan pekerjaan yag dihebohkan selama seminggu ini di antara kami. Ada banyak hal yang kupertimbangkan hingga akhirnya aku merasa dan berpikir bahwa aku harus segera menjatuhkan pilihan. Dan akhirnya pilihanku berputar 180 derajat. Aku memilih jalanku sendiri. Aku memilih sesuatu yang kuharap adalah visi pribadiku. Aku memilih demi impianku. Aku memilih demi kerinduanku. Aku memilih sesuatu yang bagi orang lain (mungkin) bukanlah pilihan. Aku tak peduli, atau lebih tepatnya aku berusaha untuk (sementara waktu) tidak peduli dengan mereka. Aku mengatakan tidak pada "pilihan" tadi, dan aku memilih untuk melanjutkan langkahku di jalan yang sedang dipersiapkan-Nya saat ini. Aku harus menuntaskannya, karena sesungguhnya pintu itu sedang terbuka bagiku. Terserah apa yang bakal terjadi kemudian, yang pasti aku harus menuntaskannya hingga kutahu apa hasilnya. Dan kuberharap segala sesuatunya berbuah dan tidak sia-sia. Pasti...
Sesampainya di rumah, benar saja aku terus kepikiran tentang lowongan pekerjaan yag dihebohkan selama seminggu ini di antara kami. Ada banyak hal yang kupertimbangkan hingga akhirnya aku merasa dan berpikir bahwa aku harus segera menjatuhkan pilihan. Dan akhirnya pilihanku berputar 180 derajat. Aku memilih jalanku sendiri. Aku memilih sesuatu yang kuharap adalah visi pribadiku. Aku memilih demi impianku. Aku memilih demi kerinduanku. Aku memilih sesuatu yang bagi orang lain (mungkin) bukanlah pilihan. Aku tak peduli, atau lebih tepatnya aku berusaha untuk (sementara waktu) tidak peduli dengan mereka. Aku mengatakan tidak pada "pilihan" tadi, dan aku memilih untuk melanjutkan langkahku di jalan yang sedang dipersiapkan-Nya saat ini. Aku harus menuntaskannya, karena sesungguhnya pintu itu sedang terbuka bagiku. Terserah apa yang bakal terjadi kemudian, yang pasti aku harus menuntaskannya hingga kutahu apa hasilnya. Dan kuberharap segala sesuatunya berbuah dan tidak sia-sia. Pasti...
Komentar
Posting Komentar