Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Gak ngerti..

Aku belum kenal dekat dengan ini orang. Juga gak banyak tahu tentang dia. Cuma, belakangan aku mulai ngerasa aneh. Gak ngerti. Makin lama makin kepikiran aja ini orang kenapa, ya? Mulai sesuatu kayaknya, wkwkwk. Beberapa cerita sengaja gak dishare di sini karena gak ingat dan males nulis (privasi juga, hehehe). Seingatku kami ketemu pertama kali di warteg langganan dekat kostan. Kenalan biasa aja. Nama, asal, almamater, dan keinginannya gabung di naposo. Kebetulan gak sih? Banyak orang yang kenalan di warteg, ngobrol, tapi gak ada yang sampe segininya juga. Gak ngerti. Sejak bulan berapa yang lalu itu (aku gak ingat) kami sering kali ketemu. Entah itu di warteg atau di gereja. Gak banyak topik yang dibicarakan sebenarnya. Palingan tentang pelayanan gereja. Seringnya sih lelucon gak penting. Tiap pulang ibadah minggu kami ketemu di pintu gereja. Dia selalu sendiri. Kasian juga ini orang gak ada temannya, pikirku. Makanya kalau aku lihat dia masih berdiri sendiri di luar gereja (mungkin

Kangen.

Hari ini. Entah karena apa. Mendadak isi hati dan isi pikiran rasanya seperti mainan anak yang berserakan. Aku sedang patah hati? Bukan.  Aku sedang jatuh cinta? Gak juga.  Lalu?  Sometimes, ada masa di mana kita merasa enggak jelas. Gak bersemangat. Gak antusias.  Galau? Nggak lah. Ini bukan galau. Apa yang mesti digalaukan?  Mungkinkah ini hanya fase mengalir? Membawaku bersama keinginan dan harapan. Tiba-tiba aku merasa mungkinkah karena aku sedang rindu rumah?  Rindu mamak. Rindu bapak. Rindu makan bersama.  Rindu nonton OVJ bareng. Rindu ngobrol-ngobrol sampai larut malam.  Rindu ngusuk kaki dan tangan mamak. Rindu bikin teh untuk bapak.  Rindu dicerewetin. Rindu disuruh-suruh. Rindu melawan. Rindu dicayang-cayang pas lagi bobo.  Rindu diajak mamak ke pajak, belanja sampai keliling demi beda 5ribu perak atau karena nyari model lain, tapi ujung-ujungnya sama aja, balik juga ke tempat semula. Dan ternyata, itu menurun ke aku lho, mak ee... hahahaa..

Di doa ibuku namaku disebut...

Rabu malam kemarin ada kegiatan naposo (pemuda) doa bersama di gereja. Temanya tentang mengasihi dan membahagiakan orang tua. Aku sempat sharing singkat di situ tentang perjalananku dulu mendapatkan pekerjaan setelah lebih dari 6 bulan menganggur. Dulu aku sempat berpikir bahwa gak punya kerjaan berarti gagal bikin orang tua bahagia. Oke mungkin itu ada benarnya. Tapi apakah hanya itu yang disebut membahagiakan dan mengasihi orang tua? Intinya poin yang kubagikan tadi adalah kita memang gak bisa selalu membahagiakan orang tua kita, tapi Tuhan selalu bilang hormatilah orang tuamu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu (Hukum Taurat ke-5). Ada hal yang pengen aku share tapi belum kesampaian. Makanya aku tuliskan di sini aja yaa.. Jadi begini, tiap orang pasti pengen bikin orang tuanya senang dan bahagia kan ya? Masa sih ada anak yang senang liat orang tuanya nangis? Yang jadi soal adalah apa sih parameternya supaya bisa disebut mengasihi dan membahagiakan

Masa-masa ini

God, aku udah gak bisa mikir. Gak tau mau gimana lagi. Sepertinya harapan udah abis lenyap. Aku ingin pergi, tapi gak tau ke mana. Aku ingin berubah, tapi gak tau harus seperti apa. Seringkali aku merasa kok aku gak mampu ya? Kok aku gak sabaran ya? Kok aku gak bisa menikmati yang aku punya ya? Keinginan daging kayaknya lebih besar dari penantianku kepada kehendak-Mu. Aku merasa lemah. Aku takut lengah, Tuhan... Sungguh… Aku merasa udah gak yakin lagi dengan diriku sendiri. Sekakan semua ini hanya pemborosan tenaga. Aku berteriak dalam hati, “Aaaaa…. Tuhan!!! Tolong aku!!!” Tolong aku untuk menyukai apa yang Tuhan beri padaku. Tolong aku untuk bersyukur di dalam kelemahanku. Tolong aku untuk memuliakan-Mu di dalam kekuranganku. Tolong aku untuk terus mengarahkan pandanganku kepada Terang-Mu yang ajaib, ya Tuhan... Aku pikir hanya itulah satu-satunya yang sanggup membuatku bertahan di masa-masa seperti ini...

Mereka...

Tak seorang pun dapat mengatur pertemuan ini selain Dia, Sang Pemilik Kehidupan. Tak pernah ku sangka akan bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Mulai dari bulan Mei 2013 hampir seluruh hari aku jalani bersama-sama mereka. Bersama mereka aku kenal ragam kisah kehidupan dan segala sesuatunya. Bersama mereka aku tahu apa itu rasanya gak enak dan baik-baik saja. Bersama mereka duniaku semakin luas. Bersama mereka aku bertumbuh. Bersama mereka aku berubah. Ya, berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mengharapkan kebersamaan tanpa konflik atau perselisihan ibarat menghitung butiran pasir di pantai Kuta. Tidak akan mungkin. Marah, kesal, diam-diaman, ngotot-ngototan, semua itu pernah ada di antara kita. Konyol, iseng, bocor halus, alay, lebay, malu-maluin, semua rasa pernah aku alami bersama mereka. Kasih Tuhan, itulah yang membuat kita tetap utuh. Kebersamaan yang membuahkan persahabatan. Bahkan seperti keluarga. Seperti kakak dan adik. Seperti adik dan abang. Mungkin juga se

Orang-orang baru

Ketika aku berkata aku rindu gathering PAKSU bukan berarti aku rindu ingin mengulang semua rangkaian acaranya. Aku rindu orang-orang baru yang aku kenal di dalamnya. Juga semua keseruan bersama mereka. Tepat sebulan lalu saat aku bertemu dengan dia di depan meja speed dating. Itu adalah momen sembilan menit ngobrol antara cewe dan cowo untuk kenal satu sama lain. Selanjutnya? Terserah anda… Setelah gathering apakah ada follow up atau tidak, itu kembali ke masing-masing orang. Sampai pada hari ini gak banyak yang kutahu tentang dia. Yang kuingat aku senang ketemu dan ngobrol dengan dia. Apa yang kusuka dari dia? Aku tak tahu. Menjadi temannya adalah harapanku.  Mengenalnya semakin dekat dan menjadi sahabat buat dia. Bahkan, jika Tuhan berkehendak menjadikanku penolong bagi dia. Tapi, aku gak cukup berani berharap sampai sejauh itu. Pengenalan yang dangkal dan kekaguman semata bukanlah modal yang cukup menuju jenjang yang lebih serius. Aku sadari penuh umur segini bagi perempuan

tidak mau banyak

Aku tidak mau banyak berpikir. Aku tidak mau banyak menimbang. Aku tidak mau banyak menilai. Aku tidak mau banyak berkhayal. Aku tidak mau banyak berencana. Aku tidak mau banyak memusingkan. Terakhir, tak satu pun terealisasi. Ada waktunya. Ada masanya. Ada fasenya. Ada periodenya. Hidup sudah rumit, jangan diperumit.

Orang ini...

Tadi aku melihat orang ini lagi di depan lift. Persis di saat pintu lift terbuka. Saat itu aku turun sendirian. Dia juga sendiri.Tak seperti biasa kami bersama teman masing-masing. Dia dengan baju hitamnya tanpa kaca mata. Aku dengan baju ungu dan kaca mataku. Sepertinya kami sempat bertatapan sekian detik persis saat pintu lift itu terbuka. Tapi sekian detik kemudian kami sama-sama memalingkan wajah. Seperti tidak kenal satu sama lain. Padahal aku tahu siapa dia. Aku hanya tidak tahu, apakah dia tahu aku? Sebelum turun aku sempat membuka facebook sambil menunggu Kak Sabeth untuk makan bareng. Sempat berniat mengupload fotoku yang ’untouchable black’ lalu mengurungkannya karena malu. Sempat mampir di profil beberapa orang untuk sekedar melihat status update mereka. Yaa, termasuk profil orang ini. Stalking? Kebetulan. Teleponku berdering. Akhirnya Kak Sabeth meneleponku juga setelah aku menunggunya hampir satu jam saking sibuknya dia. Kami janjian ketemu di bawah untuk makan siang ba

Ada waktunya..

Tuhan telah menetapkan masa-masa dalam kehidupan Anda. Ia memiliki suatu rencana yang lebih baik. Di dalam Kerajaan Allah, setiap musim bukanlah musim penuaian. Ada musim membajak, musim menanam, dan musim mengairi. Dan tentu saja, kita senang jika setiap musim terjadi peningkatan, tetapi tanpa musim-musim lainnya, kita tidak akan dipersiapkan. Musim membajak adalah saat Tuhan menerangi masalah-masalah yang perlu kita selesaikan. Ia mempersiapkan kita untuk bertumbuh. Jika Anda tidak maju seperti yang Anda harapkan, kuncinya adalah jangan memperlambat langkah Anda. Jangan mundur. Jagalah sikap iman dan pengharapan Anda, walaupun saat itu sulit. Teruslah membajak dengan mengucapkan firman setiap hari. Tuhan berjanji saatnya bagi Anda akan tiba! Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. (Pengkotbah 3:1) Diambil dari kalender tanggal 1 April : Joel Osteen - Your Best Life Now

Angan-angan tukang cendol...

Okeh, malam ini aku berandai-andai sebelum tidur, hahahaa... Gak apa-apa kali ya? Selama mengkhayal masih gratis dan gak ada yang merasa dirugikan, sah-sah ajalah yaa, hihihi... Entah, ini bakal terwujud atau hanya berujung pada angan-angan tukang cendol, namanya juga berandai-andai, wkwkwk… Seandainya suatu hari nanti aku bertemu dengan Sang Adam (tapi bukan vokalis Maroon 5, caela…), apakah yang selanjutnya akan terjadi? Apakah aku akan tetap bekerja di kantor? Atau menjadi ibu rumah tangga? Cita-citanya sih pengen jadi mamak rumah tangga, tapi bukan yang full timer ngurusin rumah juga sih. Takutnya jadi nonton sinetron melulu, wakakak... Mmm, pengennya nih pas anak-anak lagi pada di sekolah, aku bisa mengisi waktu dengan menulis atau mengajar.  Menulis. Yaaahh, minimal nulis blog kayak begini, nulis yang ringan-ringan, yang tak penting juga bisa barangkali. Kalo soal politik kayaknya terlalu berat sih untuk otak kecil saya, wkwkwk… Atau bisa juga cerita anak atau dongen

Bukan status galau

Siang ini saat isi pikiran serasa mendesak ingin keluar, aku teringat pada blog ini. Betapa sudah lama aku tidak mencurahkan isi kepala dan isi hati, mulai dari sesuatu yang gak penting sampai kepada seseorang yang gak-penting-penting kali, wakakak... Sejak ada si Blackberry di sisiku, otomatis si Acer dan Smart mulai terabaikan. Sejak ada smartphone, semua serba singkat, hanya sekian ratus karakter. Ekspresi diri ini dibatasi oleh karakter media sosial, sehingga seringkali membuat personal message bergonta-ganti. Hingga akhirnya saya disebut galau. Ohh tidaaakkk. Bukan begitu. Dengar, saya bukan orang seperti itu, cinnnn.... Lihat isi status saya, juga bukan status-status yang ingin menunjukkan siapa saya, sedang di mana saya, sedang ngapain saya, sedang bagaimana saya. Oh No... Dan, inilah pengakuanku. Sebenarnya saya cuma ingin menginspirasi. Cuma ingin berkespresi. Masalahnya saya terbatas pada jumlah karakter pada smartphone dalam genggaman tangan. Juga bukan bermaksud untuk memp

Percakapan bodoh

Ini adalah beberapa dialog yang masih aku ingat. Dialog yang ingin kudokumentasikan karena lucu menurutku. Percakapan bodoh antara aku dan seorang teman yang kadangkala sangat menyebalkan tapi juga mengesankan. Teman yang baik. Kadang juga teman yang ngeselin. Teman marbadai, wakakakak.... Ini adalah percakapan kami setelah sekian kali ngobrol, tetapi (dengan tidak sopannya) ternyata dia tidak ingat namaku sama sekali. Memalukan. “Selamat hari Minggu.” “Oh iya, selamat hari Minggu juga.” “Elu emang pendiam banget ya? Gabung dong sama yang lain. Seru, lho.” Gue sok akrab. “Hehehe. Iya gue lebih sering sama cowo-cowonya, sih. Yang cewenya gue cuma ingat ***i, sih.” “Karena tanggal lahirnya sama, ya? Ulang tahun yang kemarin, hahaha…” “Ya gitu deh, hahaha… Banyak sih yang belum gue kenal.” “Masa? Kan udah sering ngobrol juga.” “Daya ingat gue rendah. Jadi susah ingat nama orang. Kalau wajah mungkin ingat.” “Oh…” Mulai ragu. “Nama elu juga, gue kagak ingat. Sia

Jangan !

Jangan pernah mencoba untuk memahami semua hal ! Semakin kau mencobanya maka kau akan semakin pusing dibuatnya. Jangan berpikir terlalu panjang ! Ingat kapasitasmu.... Manusia adalah makhluk yang terbatas. Hanya Tuhanlah yang tidak terbatas. Kerjakan bagianmu dan jangan lupakan Tuhan. Biarkan Dia juga punya bagian di dalamnya. Jangan andalkan pikiranmu sendiri ! Jika tidak.... Hidupmu bukannya semakin mudah, malah semakin gundah.