Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Bahagia

Kenapa orang-orang berlomba untuk hidup bahagia?  Seolah-olah siapa yang paling duluan, dia yang paling bahagia. Maka, berlomba-lombalah men cari kebahagiaan lewat harta, tahta, wanita (atau pria). Kalau di Batak disebutlah itu hamoraon (kekayaan), hagabeon (keturunan), hasangapon (kehormatan).  Seolah-olah tidak memiliki ketiganya otomatis membuat kita tidak bahagia. Seolah-olah tidak bahagia adalah inferior. Seolah-olah bahagia adalah segalanya. Glorifikasi bahagia pun ada di mana-mana. Pertanyaannya, apa kita bisa 'selalu' bahagia?  Terus kita nggak bisa 'nggak bahagia' gitu, nggak boleh sedih, marah, dan emosi lainnya? Apa takut dan khawatir itu bisa dihapuskan ? K enapa kita selalu dituntut untuk tampak bahagia, bahagia, bahagia? Kalau kita nggak bahagia hari ini, terus kenapa?  Apa kita harus denial dan mengusir semua emosi itu dengan dalih bahwa kita harus bahagia?  Bahkan Spongebob yang sesantuy itu pun pernah tidak bahagia dan resah kan ya? Kalaupun 'nggak

Realita

Bukankah banyak kali di dalam hidup ini kita hanya mampu berekspektasi, berencana, lalu berusaha sebaik-baiknya untuk meraih ekspektasi itu? Karena pada akhirnya semesta juga yang menentukan. Semesta berkenan atau tidak, hanya waktu yang bisa menjawab. Mungkin bisa jadi, realita akan sesuai harapan kita persis, atau mungkin-mungkin melampaui, bisa ke atas atau jangan-jangan ke samping. Katanya, hidup akan menemukan jalannya sendiri. Karena rupanya ada berbagai variabel yang tidak semuanya berada dalam kendali kita. Tapi begini, di saat realita bisa sesuai atau bahkan melampaui ekspektasi, tentu hati ini akan merasa gembira dong, ada sukacita yang melimpah ruah seraya mengucap syukur. Semesta mendukung, katanya. Lalu bagaimana ketika realitanya ternyata nyungsep, apa kita akan auto kecewa dan demotivasi? Yah, manusiawi lah, namanya juga manusia. Eh, gimana gimana maksudnya? Hahaha. Yah itulah yah, kehidupan, ada aja kelakuannya. Disebutlah itu risiko kehidupan. Dan akhirnya hidup bersam