Angkoters di Jakarte...

Ini udah masuk bulan ke delapan aku menetap di Jakarta ini. Bukan waktu yang lama, tapi tidak bisa dibilang sebentar juga. Yah, tergantung dengan siapa aku dibandingkan. Apakah dengan orang Jakarta asli, atau dengan kaum urban sama sepertiku juga? Whatever lah....

Persoalannya sekarang, aku mau share satu fenomena yang aku temukan dan alami di sini. Ngomong-ngomong setiap kali aku pergi ke suatu tempat dengan menggunakan angkutan umum, khususnya busway, ada saja orang yang terkesan denganku. Maksud loh??

Yahhh, seperti hari ini aku training di salah satu hotel daerah Slipi, yang mengingatkanku dengan saat-saat aku interview dulu. Aku beberapa kali bertemu dengan orang-orang baru yang berdomisili di Jakarta sejak lahir. Lalu saat pulang kita pulangnya bersama-sama. Nah, yang lucunya, pas kita pulang itu, seringkali yang terjadi adalah si orang-orang Jakarte ini mengaku terkesan melihatku yang perantau tapi nampaknya lebih paham jalur-jalur angkutan umum atau busway yang akan kami tumpangi.

Bah, so what gitu lho, kalo aku lebh fasih daripada kalian? Biasa aja kaleee.... Emang itu kelebihan ya?? hehehe....

Sebenarnya menurutku kefasihan ini gak penting-penting amat buat di-terkesan-i, cuman.... ini jadi persoalan buat mereka, aneh aja gitu lho, jeng.... Mereka yang notabene adalah orang Jakarte (katanya) belom pernah naik yang namanya BUSWAY alias Transjakarta, atau ada lagi yang lain namanya Kopaja, atau Mikrolet. So, kemungkinan besar mereka juga gak terbiasa ngerasain yang namanya antri panjang di halte Harmoni, Cawang UKI, atau Dukuh Atas. Bahkan mungkin juga mereka belum merasakan di sepanjang hidup mereka yang namanya menapaki setiap meter jembatan Semanggi-Benhil, yang panjangnya itu amit-amit, sukses bikin keringat jagung begitu nyampe di mulut pintu ruang tunggu.

Kenapa ya bisa begitu? Mungkin ada tiga faktor :

1) Mereka jarang keliling-keliling Jakarta, alias rute perjalannya antara rumah (kost) ke kantor doank, jadi cukup modal kedua kaki, nyampe dahhh.... Jalan sehat plus seperti katak dalam tempurung (Ironis...).


2) Ke mana-mana naik taksi, daripada repot, biarin dah kantong menipis, apalagi kalau sampe dibawa berkeliling sama si (oknum) sopir yang iseng alias curang dan tega beneeeerrrr....


3) Faktor X, alias punya kendaraan pribadi (entah itu nyetir sendiri atau disupirin).
Yah, beruntunglah mereka, karena gak perlu merasakan yang namanya naik busway, kereta api, atau angkutan umum lainnya. Tinggal duduk manis, instruksikan ke Pak Sopir, nyampe dahhhh... Sebenarnya secara praktis gak beda jauh sih dengan kita para pengguna angkutan umum, duduk manis, dan Pak Sopir pun jalan... Cuman ada bedanya juga, angkoters, trainers, or busway mania gak bisa senantiasa duduk manis, karena tempat duduk kosong selalu jadi rebutan (tergantung keberuntungan anda saja, hehehe...).

Lalu??
Yah, akhirnyaaa, apa boleh buat, lanjutkan....!!!
Yang penting bisa nyampe lah, walaupun bukan duduk manis, tapi harus berdiri sambil meringis (dan menagis dalam hati karena bau asem di kanan-kiri menghadang)....

Cape deh booookkk...

Ya, begitulah kawan, lucunya Jakarta....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak SD Era 90'an

Kangen.

Bahagia