I know now

“Mars, jalan yuk, aku mau hunting kaos-kaos dan boneka lucu lagi nih, mumpung ada SALE besar-besaran lho..” ajak Rena yang doyan banget shopping.
“Lho, kan baru minggu lalu kamu beli yang baru, masa udah mau beli lagi?” Marsel kaget dengan ajakan Rena dan mencoba untuk menolak secara halus.
“Gpp donk, Mars. Sekali-sekali. Lagian aku belanjanya kan pake duit aku, bukan duit kamu. Ayo donk, masa aku pergi sendirian..” Rena mencoba merayu pacarnya lagi.
“Rena, ini bukan masalah pake uang kamu ato uangku. Ini masalah kebutuhan ato bukan kebutuhan. Lagipula ini bukan ‘sekali-sekali’ lagi namanya, tapi ‘seringkali’, non..” Mars mencoba menasihati pacarnya itu. Karena sayangnya kepada Rena, Mars selalu ingin memberikan yang terbaik padanya, dia tidak mau terlalu memanjakan dengan meng-iya-kan segala permintaan Rena.
“Huhhh… Kamu gak sayang ya sama aku ya?” Rena mulai bertingkah dibumbui dengan sedikit ngambek, berharap Mars bisa tergugah hatinya, lantas meng-OK-kan ajakannya.
Tapi Mars tetap pada pendiriannya dan mulai mengingatkan, “Gak gitu juga kali, Ren. Kamu harus berjuang melawan godaan donk, jangan mau kalah. Oce..” Untungnya, Rena merespon positif perkataan Mars dan ‘ngge-ngge tandanya ‘nerimo.
“Hmm, gimana kalo kita makan aja dulu. Udah waktunya makan lho, kamu gak mau kan kalo kita sampe sakit maag??” ajak Mars untuk mengalihkan perhatian. Demi kebaikan, Mars mencoba mematahkan kebiasaan Rena yang selalu ingin hunting-hunting di mall.
***
“Ren, gimana saat teduh kamu, udah bisa dinikmati and gak bolong-bolong lagi kan?” Mars membuka obrolan sambil menunggu pesanan.
“Yahh, gitu deh. Aku berjuang banget buat bangun pagi-pagi biar bisa sate tiap hari. Pernah juga sih sambil ngantuk-ngantuk gitu, hehe…” curhat Rena sambil memainkan gulungan tisu yang tersedia di atas meja mereka.
“Tapi dinikmati kan?” selidk Mars ingin memastikan lagi.
“Puji Tuhan menikmati. Lama-lama aku jadi merasa itu suatu kebutuhan lho. Rasanya setiap bangun pagi itu ada sebuah kerinduan untuk menikmati hadirat-Nya dan pengen tahu lebih banyak isi surat cinta-Nya, haha…”
Mereka tertawa lepas. Mars tampak lega, akhirnya pacarnya bertumbuh juga, meskipun masih ada beberapa kebiasaan Rena yang belum berubah. Tapi, Mars akan sabar menantikan perubahan itu.
***
“Shalom… Rena pulang, Ma..” Rena mengucap salam dan mengecup kening Mamanya.
“Shalom.. Eh, anak Mama dah pulang. Oh iya Ren, beresin donk kamar kamu, siapa tahu ada barang-barang yang kira-kira gak kepake lagi. Kamar cewe itu gak boleh berantakan dan harus rapi lho.” Nasihat Mama menghujani Rena yang baru aja tiba di rumah.
“Oce deh, Ma..” Sebenarnya Rena ngerasa agak kecapean, tapi dia tetap semangat dan mengerjakannya dengan penuh sukacita.
Setelah beres, Rena berniat mengangkut semua barang bekas yang diperkirakan tidak dibutuhkan lagi. Melihat banyaknya barang bekas itu, mau tidak mau Rena harus bolak-balik keluar-masuk rumah. Sebenarnya Rena bisa saja meminta bantuan dari Mama, tapi diurungkannya niat itu, dia ingin mengerjakannya sendiri tanpa merepotkan mamanya.
“Kasih-Nya seperti sungai, kasih-Nya seperti sungai, kasih-Nya seperti sungaidi hatiku..” senandung Rena sambil membawa semua barang bekas itu dan meletakkannya di tong sampah depan rumah, kemudian dia balik lagi ke dalam rumah untuk menjemput barang bekas trip kedua.
“Berkat-Nya seperti sungai, berkat-Nya seperti sungai, berkat-Nya seperti sungai di hatiku..” senandung Rena lagi sambil sedikit menari-nari menikmati lagu. Tapi betapa kagetnya Rena saat melihat ada seorang ibu dan bocah kira-kira berumur 13 tahun sedang sibuk mengaduk-aduk tumpukan barang bekas yag tadi dibuang Rena.
Bagi Rena ini adalah pemandangan pertama. Belum sampai lima menit dia meninggalkan tumpukan barang bekasnya ternyata sudah muncul pemulung ibu dan anak yang secepat kilat sibuk bergelut dengan penuh kegembiraan di dalamnya.
Aneh, wajah mereka saat melihat isi tong sampah tidak jauh berbeda dengan wajah para wanita yang bersinar-sinar saat melihat isi keranjang di mall yang bertuliskan “SALE”. Miris, saat ini mereka sedang tidak berada di antara kaos-kaos baru atau boneka-boneka bagus, tapi tampaknya mereka begitu bergairah berada di antara tumpukan barang-barang bekas yang bagi Rena sebenarnya sudah tidak berguna lagi.
Dengan cekatan ibu dan anak itu memilah-milah, bahkan tampaknya mereka ingin sekali memborong semua barang yang bagi Rena sudah disebut sampah. Saat melihat tingkah laku mereka, Rena teringat pada dirinya yang selalu ingin memborong semua isi mall. Tanpa sadar Rena menitikkan air mata, betapa egois dan borosnya dia selama ini. Rena hanya memikirkan keinginan matanya dan terlalu royal, padahal dia tahu benar belum tentu dia membutuhkan semua benda yang dibelinya.
“Bu, ini ada barang-barang yang mungkin berguna bagi ibu dan adik.” Tanpa ragu Rena memberikan semuanya, “dan sebentar Bu, saya akan kembali.” Rena segera masuk ke rumah dan dengan setengah berlari dia kembali lagi. Tangannya dipenuhi kaos-kaos miliknya, menurutnya itu terlalu pas body dan lebih cocok buat si bocah. Tangan mungil bocah itu pun meraih semua pemberian Rena. Wajah ibu dan anak itu terlihat bahagia menerima semuanya. Seketika itu juga, hati Rena diliputi sukacita dan damai sejahtera.
“God, I know now, aku harus bijak memakai uang, gak boleh lapar mata and shoping hanya untuk keinginan mata. Thanks God, udah nunjukin aku sesuatu yang membuatku bersyukur, dan aku akan berubah demi cintaku pada-Mu.” Tatapan Rena mengiringi langkah dan tawa bahagia di balik punggung lemah yang penuh ketegaran hidup.

(fiksi ini pernah dimuat di majalah Kingdom, edisi Juli 2010)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kangen.

Anak SD Era 90'an

Bahagia