Hidup bukan soal mikirin diri sendiri
Belakangan ini aku lagi rajin-rajinnya nelpon keluarga. Mumpung ada waktu senggang, pasti nelpon. Ngomongin apa aja, yang penting melepas rindu. Buat adek-adek, gak lupa aku menyelipkan secuil motivasi/pengalaman hidupku di ujung-ujung pulsa. Supaya ada sesuatu yang setidak-tidaknya bisa jadi pemantik api semangat.
Sejak aku ke Jakarta, aku gak lagi bisa melihat mereka lebih dekat. Apa yang jadi kebutuhan mereka, baik materi maupun psikis. Begini memang resiko "long distance". Aku pun mulai diingatkan dengan kondisi yang ada sebelum akhirnya aku ke sini. Ternyata.... Tidak jauh berubah. Dan semuanya tidak terlalu baik-baik saja. Galau... Kadang apa yang kita alami memang gak seperti yang diharapkan (impikan).
Pengennya, adek-adek lulus tepat waktu dengan nilai baik, semua sehat-sehat, rumah opung bisa selesai sesuai rencana dan semua mendukung, sanak keluarga hidup damai berdampingan, kondisi aman terkendali, tapi..... kenyataannya, tak seperti yang didambakan. Selalu ada arus dan gelombang dalam perjalanan hidup ini.
Melihat ini, sebenarnya bisa saja kita "cari aman" aja, yang penting gue selamat, terserah orang lain mau jungkir balik kek, mau salto, apalagi senam kesegaran jasmani. Emang gue pikirin??
Yah, emang bisa saja seperti itu, tapi hari ini aku diingatkan lagi.
Pikullah apa yang menjadi salibmu saat ini.
Jika kau terbeban melihat kondisi keluargamu, teruslah berlutut di kaki salib-Nya, hingga mujizat itu menjadi nyata. Apa muzijat itu? Ada perubahan, ada pembaharuan ke arah yang lebih tinggi, yaitu kemuliaan Tuhan dan kedamaian bagi umat manusia.
Benar kata orang bijak, kita gak bisa mengubah orang lain. Jadi, yang paling mungkin untuk kita ubah adalah diri kita sendiri. Paradigma, persepsi, perilaku, sikap, dan seluruh kedirian kita, itulah yang paling mungkin untuk diubah.
So, gak usah sok-sok jadi pahlawan lah ya, dengan berpikir "gue pengen mengubah dia supaya jadi lebih baik dari ini..." Gak semudah membalikkan telapak tangan lho... Yang ada kalau orang itu gak bisa-bisa juga menjadi seperti yang kita mau, kita pun kecewa, kesal, marah-marah, gondok, dst.
Jadi gimana donk? Kan kita pengen nolong dia supaya jadi lebih baik....
Nah, bagian kita sebenarnya hanyalah tetap setia mendoakan perubahan mereka. Ingat, pekerjaan ubah-mengubahkan seseorang adalah pekerjaan Tuhan. Paulus yang tadinya pembantai pada akhirnya bisa berubah jadi berhati rasul, itu kan karena Tuhan yang mengubahkan, bukan karena usaha siapa-siapa, bahkan bukan pula karena usahanya si Paulus.
So, ketika menghadapi orang-orang sulit di dalam hidup ini, sementara kita gemes banget pengen mengubah itu, gak ada yang lain yang terutama perlu kita lakukan, selain tetap setia berdoa buat mereka. Gak perlulah sampai muter otak, berusaha sekuat tenaga, gimana caranya nih supaya bisa mengubah mereka seperti yang kita mau. Yang ada malah kita yang kelelahan sendiri dibuatnya. Cape dechh...
Sejak aku ke Jakarta, aku gak lagi bisa melihat mereka lebih dekat. Apa yang jadi kebutuhan mereka, baik materi maupun psikis. Begini memang resiko "long distance". Aku pun mulai diingatkan dengan kondisi yang ada sebelum akhirnya aku ke sini. Ternyata.... Tidak jauh berubah. Dan semuanya tidak terlalu baik-baik saja. Galau... Kadang apa yang kita alami memang gak seperti yang diharapkan (impikan).
Pengennya, adek-adek lulus tepat waktu dengan nilai baik, semua sehat-sehat, rumah opung bisa selesai sesuai rencana dan semua mendukung, sanak keluarga hidup damai berdampingan, kondisi aman terkendali, tapi..... kenyataannya, tak seperti yang didambakan. Selalu ada arus dan gelombang dalam perjalanan hidup ini.
Melihat ini, sebenarnya bisa saja kita "cari aman" aja, yang penting gue selamat, terserah orang lain mau jungkir balik kek, mau salto, apalagi senam kesegaran jasmani. Emang gue pikirin??
Yah, emang bisa saja seperti itu, tapi hari ini aku diingatkan lagi.
"Hidup bukan soal mikirin diri sendiri..."
Jika kau terbeban melihat kondisi keluargamu, teruslah berlutut di kaki salib-Nya, hingga mujizat itu menjadi nyata. Apa muzijat itu? Ada perubahan, ada pembaharuan ke arah yang lebih tinggi, yaitu kemuliaan Tuhan dan kedamaian bagi umat manusia.
Benar kata orang bijak, kita gak bisa mengubah orang lain. Jadi, yang paling mungkin untuk kita ubah adalah diri kita sendiri. Paradigma, persepsi, perilaku, sikap, dan seluruh kedirian kita, itulah yang paling mungkin untuk diubah.
So, gak usah sok-sok jadi pahlawan lah ya, dengan berpikir "gue pengen mengubah dia supaya jadi lebih baik dari ini..." Gak semudah membalikkan telapak tangan lho... Yang ada kalau orang itu gak bisa-bisa juga menjadi seperti yang kita mau, kita pun kecewa, kesal, marah-marah, gondok, dst.
Jadi gimana donk? Kan kita pengen nolong dia supaya jadi lebih baik....
Nah, bagian kita sebenarnya hanyalah tetap setia mendoakan perubahan mereka. Ingat, pekerjaan ubah-mengubahkan seseorang adalah pekerjaan Tuhan. Paulus yang tadinya pembantai pada akhirnya bisa berubah jadi berhati rasul, itu kan karena Tuhan yang mengubahkan, bukan karena usaha siapa-siapa, bahkan bukan pula karena usahanya si Paulus.
So, ketika menghadapi orang-orang sulit di dalam hidup ini, sementara kita gemes banget pengen mengubah itu, gak ada yang lain yang terutama perlu kita lakukan, selain tetap setia berdoa buat mereka. Gak perlulah sampai muter otak, berusaha sekuat tenaga, gimana caranya nih supaya bisa mengubah mereka seperti yang kita mau. Yang ada malah kita yang kelelahan sendiri dibuatnya. Cape dechh...
Komentar
Posting Komentar