Alain Frost : Lord, I Give You My Heart

Alain Frost. Salah satu pekerja penuh waktu di HOME (House of Mercy). Terlahir di tengah keluarga campuran Kristen-Budha 13 November 1984 silam. Inilah sepenggal kisah hidupnya yang dimulai sejak perkenalannya dengan gembong narkoba nomor satu di Indonesia, KS (nama samaran), yang pernah dikaitkan dengan penangkapan salah satu artis kondang Indonesia. Perkenalan yang dimulai lewat perantaraan teman.

Perkenalan Pahit
Waktu itu saya diminta untuk membelikan KS sebuah handphone Communicator Nokia 9500. KS meminta saya mengisi handphone tersebut dengan aplikasi keuangan dan transaksi dengan 150 baris transaksi. Saya mengiyakan dan menyanggupinya kemudian dia mentransfer uang kepada saya untuk membeli HP tersebut. Pada hari yang dijanjikan, sayapun menyerahkan HP yang sudah diisi dengan aplikasi keuangan itu kepada seorang anak muda di salah satu mall bilangan Jakarta Barat. Karena setahu saya sudah lebih dari sepuluh tahun KS tidak pernah keluar penjara. Berikutnya, bulan-bulan berlalu. KS kembali menghubung agar saya mengantarkan sebuah notebook ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Itulah awal-awal perkenalan saya dengan KS. Belum ada masalah sampai akhirnya saya berkenalan dengan seorang pria bernama Irwan, yang ternyata sangat akrab dengan KS. Dia adalah salah seorang nasabah di bank tempat saya bekerja. Dari dialah saya diajari banyak hal mengenai manipulasi data. Katanya supaya aplikasi Kredit Tanpa Agunan yang diajukan nasabah saya pasti diapprove oleh pihak pusat. Mudah. Saya menguasai semuanya dengan cepat.

Nikmat Membawa Sengsara
Banjir nasabah dan banjir uang yang saya peroleh, baik kenaikan gaji, komisi, dan lain-lainnya, telah membuat saya terbuai. Lama-kelamaan sayapun resmi menjadi seorang penggila narkoba dan gemerlap dunia malam. Setiap bulan, selama tiga puluh hari penuh, saya selalu menghabiskan malam di tempat hiburan malam. Pekerjaan? Jangan khawatir. Atasan saya tidak melarang saya untuk tidak masuk kerja, yang penting aplikasi dan pencairan dana saya rutin, sehingga omset tim tetap terjaga. Akhirnya permainan manipulasi data terbongkar saat saya ceroboh memanipulasi data salah satu nasabah yang saya kenal di dunia malam. Dia menyelidiki saya, bahkan sampai pada kehidupan pribadi saya. Dia menjebak saya. Sepertinya dari awal dia memang tidak sepenuhnya ingin mengajukan pinjaman di bank tempat saya bekerja. Peristiwa itu membawa saya sampai mendekam di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat. Di sanalah saya merenungi arti hidup saya. Saya sudah terlalu lama melupakan rasa kekeluargaan dengan adik-adik saya, kakak-kakak saya, dan kedua orang tua saya. Waktu itu kalau bukan karena perjuangan keluarga, barangkali saya sudah menjadi sampah hidup di Rutan Salemba. Di sana, tahanan kaya adalah raja. Mereka menjadikan Rutan sebagai surga para penjahat. Keluarga saya mati-matian menyokong dana untuk biaya hidup saya selama menjalani masa tahanan. Saya tidak merasa sepi, tetapi batin saya terasa mati.

Desember 2010, Titik Balik
Sekeluarnya dari Rutan Salemba saya berusaha mencari makna hidup. Mencoba mencari arti dari kata-kata yang terlalu sering saya dengar, tetapi tidak pernah saya pedulikan : ‘Carilah dahulu kerajaan Allah…’. Sayapun mulai beribadah ke gereja. Waktu itu Tuhan menggunakan cara yang sangat unik untuk memanggil saya. Dalam pencarian itu saya masih berpindah-pindah gereja untuk beribadah. Di gereja sendiri, di gereja kakak, dan di gereja teman. Ya, selama tiga minggu berturut-turut saya ibadah di gereja yang berbeda-beda. But amazing, lagu pembukanya selalu sama. Lord, I give You my heart, I give You my soul, I live for You alone.. Every breath that I take, Every moment I'm awake, Lord, have Your way in me… Itulah penggalan lagu yang membuat saya bertobat dan akhirnya semakin yakin bahwa inilah jawaban Tuhan atas semua pertanyaan di kepala saya. Tuhan memanggil saya karena Dia masih mencintai saya, meskipun kehidupan masa lalu saya kelam dan telah menyakiti hati-Nya. Akhirnya, sayapun menyerahkan hati dan hidup saya untuk dibaharui oleh Tuhan, dan siap berjalan dalam terang kehidupan yang baru. Bersama-Nya…

Maret 2010, Awal Mulanya
Waktu itu saya baru membuat akun facebook. Beberapa hari setelahnya, tiba-tiba ada notifikasi dengan tulisan yang menyatakan bahwa saya diundang untuk bergabung dengan page HOME (House Of Mercy). Saya mencoba mengeksplor lebih jauh mengenai HOME. Saya merasa terpanggil untuk bergabung dengan HOME. Apalagi saya memang seorang yang sangat amat menyukai hal mengajar khususnya matematika. Selain itu saya pun dipercayakan sebagai bendahara di HOME. Saya senang karena teman-teman pekerja HOME tidak mempermasalahkan kehidupan masa lalu saya. Sejak itulah saya mendedikasikan diri sebagai pekerja penuh waktu untuk HOME sampai saat ini. Kehidupan masa lalu memberikan banyak pelajaran berharga. Saya tidak ingin anak-anak HOME mengalami hal yang pernah saya alami. Inilah rencana Tuhan ketika saya harus berada di sini. Berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup agar tunas-tunas bangsa seperti mereka  tidak perlu merasakan kepahitan dulu, baru memetik pelajaran hidup. Selain HOME, website kompasiana dan blog pribadi menjadi wadah pencurahan hobi dan pikiran saya yang lebih bernafaskan alegori.

Menasehati Diri
Aku melihat aku,mematung di sudut Jakarta dengan wajah kosong,
tanpa asa, tanpa cita-cita, tanpa iman, tanpa pengharapan..

Aku melihat aku, berdiam tanpa makna di antara ilalang yang tegak menantang..
Wajah itu wajah penuh tanya.. Makna? Cita-cita?
Ingin kugapai, ingin kucapai, tapi mati..

Hei, aku yang disana, dengarkan aku..!!
"Sampai kapan tak jua mengejar mimpi yang pernah kau'cipta lewat suara..?!"
"Hidupmu adalah sampah yang harus didaur ulang,
agar kelak menjadi hidup yang benar-benar hidup..!!"

Wahai aku,
yang sudah tercatat, tak usah digali lagi, biarkan terkubur abadi disini,
dimakan cacing-cacing penyesalan, yang mengoyak kedamaian pikiranmu..

Sekali lagi aku katakan ini padamu aku..!!
"Sadarilah, sekalipun kau kira semua telah kau raih, 
tanpa cita-cita, semua masih penuh dengan dusta..!!"

Wahai aku,
sudah saatnya berdiam diri di 'Rumah-Nya' sejenak,di sana rajutlah doa untuk masa depan, 
biarkan waktu menempa dirimu, lalu Dia membangkitkan jiwamu yang mati,
menjadikan waktumu tak lagi menjadi batu,menjadikan waktumu tak lagi bisu..

(November 2009, Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat)

(pernah dimuat di Kingdom edisi November 2010, rubrik Life Story hal. 20-21)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kangen.

Anak SD Era 90'an

Bahagia