Langit
Dulu, waktu aku masih jadi 'pengacara' alias pengangguran banyak acara, aku suka sekali menatap langit sore. Ya. Langit. Seperti orang kurang kerjaan saja? Ya, memang.
Bagiku, dia seperti lembaran kertas panjang atau kanvas luas tanpa batas. Pikiranku melayang. Andai aku bisa berkelana ke sana atau ke mari. Andai aku bisa melakukan ini. Andai aku menjadi itu. Bebas. Tanpa arah. Absurd.
Kadang aku menemukan burung elang terbang jauh di atasku tatkala aku menikmati kosongnya langit. Aku berpikir, pesan apa yang ingin dia simbolkan padaku? Apakah hanya kebetulan belaka? Namun dia selalu berhasil menciptakan lengkungan di wajahku dan sesuatu di kepalaku. Dasar. Si pemikir. Atau si penghayal?
Sekarang, aku mulai jarang menatap langit. Mungkinkah karna aku 'terlalu sibuk'?
Sampai sore ini, aku kembali teringat momen itu. Sudah terlalu lama aku tak merasakannya. Damai dalam diam. Diam dalam damai. Dalam diam aku berdamai.
Komentar
Posting Komentar