Nyari Kosan (1)

Udah setahun lewat beberapa hari sejak ditetapkannya saya menjadi salah satu pengunjung tetap kawasan white house-nya Indonesia. Artinya udah setahun juga saya berkejar-kejaran dengan mesin waktu kehadiran warga sini. Lelah juga.

Untuk urusan putus-memutuskan mungkin aku memang tergolong agak lambat dan penuh pertimbangan. Apalagi yang berhubungan dengan relationship (pertemanan) dan zona nyaman (pelayanan gereja, dsb). Semakin kupikirkan kelebihan dan kekurangannya, semakin berpotensi pula niat itu akan berujung pada pending, pending, dan pending... *soal yang satu ini memang perlu diubah

Seperti yang pernah kuceritakan di http://gratiams.blogspot.co.id/2015/04/ngobrol-sendiri.html , aku sempat berpikir untuk pindah kosan ke tempat yang lebih dekat dengan kantor. Biar bisa jalan kaki. Jadi bisa hemat waktu dan tenaga. Alih-alih memikirkannya dan bukannya segera menindaklanjuti, baru sekarang aku menetapkan hati untuk benar-benar pindah ke rumah kontrakan seorang 'enci-enci pengusaha yang tinggal di Mataram'.

Ada 2 kamar yang dikontrakin sama si enci. Kamar lantai 1 persis di sebelah kamar anak si enci, harganya 600 ribu. Kamar lantai 2 sendirian, harganya 800 ribu (calon kamarku nanti, kalau udah resmi). Untuk ukuran harga segitu, aku sih ngerasa nyaman dan nggak merasa rugi, cuma beda 50 ribu kok sama kamarku yang sekarang. Aku malah diuntungkan dari segi waktu dan tenaga.

Cuman, awalnya aku memang merasa agak insecure karena di rumah kontrakan itu ada 1 orang anak cowo si enci di lantai 1. Sekarang, setelah ada temanku (cowo) yang kukenal mau ngekos di kamar bawah itu, aku  mulai merasa aman dan makin yakin untuk pindah. It's ok, sebenarnya nggak terlalu persoalan untukku satu atap dengan cowo yang belum dikenal, asal bukan sekamar, menurutku sih aman-aman aja. Semoga akan terus begitu sampai ke depannya. Amin :)

Pertimbangan berikutnya yang nyaris membuatku gagal pindah adalah MALAS. Membayangkannya aja udah malas, hahaha... Tapi, aku harus melawannya kalau nggak mau menyesal lagi ^^

Semoga saja pilihanku kali ini sudah tepat dan nggak akan ada penyesalan di kemudian hari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak SD Era 90'an

Kangen.

Bahagia