Outing 2012 -- Trans Studio Bandung
*tarik nafas perlahan -- hembuskan dengan penuh perhitungan -- mata memandang kalender dengan sendu -- Omigod, ternyata udah masuk bulan Juli, aja...
Bulan Juli berjalan sangat cepat, ini udah tanggal berapa coba? Banyak yang terlewatkan untuk dikisahkan, halaahhh....
![]() |
Hasil Jepretan Krisnhu "Kak Nunu" Hananta (resign tgl 8 Juni 2012) |
![]() |
Marbela Suite Bandung |
Tahun ini outing Fincon diadain bersamaan dengan workshop di Marbela Suite Bandung. Workshopnya Jumat. Secara materi, agak menjemukan, karna udah kelelahan semua, tapi seru juga, ada kuisnya, aku dapat voucher MAP (penting ya? hahaha). Malamnya acara bebas dan joget-joget gak jelas, mulai dari Iwa Peye, sampai pada lagu Situmorang (aarrgghhh, kok bisa-bisanya sih?). Head-head juga ikut joget di depan, gak pake malu-malu lagi, pada heboh, dan so pasti keringatan, hehehe...
![]() |
Horayy, let's have fun here.. |
Besoknya kita jalan ke Trans Studio Bandung. Gilingan cabe,,, rame banget, euyyy... Udah gitu bingung-bengong, gak tahu mau main apa. Alhasil cuma ikut-ikutan orang rame-rame. Wahana pilihan pertama adalah Marvel -- tontonan empat dimensi (yang katanya oke punya). Secara aku belom pernah nonton begituan, terbersitlah secuil rasa ingin tahu untuk mencoba. Ternyata, eh ternyata, kami harus menunggu sampai satu setengah jam lamanya, dengan posisi berdiri dengan dua kaki (tentu saja), agar bisa masuk. Pas di dalam, yah lumayanlah efeknya, dan itu berlangsung cuma sepuluh menit, sodara-sodara... Kekurangannya satu, aku gak bisa lihat dengan jelas gambar-gambarnya, sebab daku tidak pake kaca mata, gubraakk... Agak nyesal juga sih, sedikit di luar espektasi dan harapan, agak tidak sebanding dengan pengorbanan berdiri 90 menit-nya, tapi yasudahlah, apa mau dikata.
Keluar dari situ, aku terpisah dari rombongan Kak Yeni, dkk. Alhasil aku gabung dengan Meri, Mbak Susi Kinclong, Mbak Iwed, dan Bu Ipon. Tanpa tedeng aling-aling kami mencoba main Giant Swing (yang pada akhirnya aku menyesal naik itu pertama kali). Pantesan gak banyak yang antri!! Rasanya udah mau mati main beginian. Dilempar sana-sini, setinggi-tingginya, sambil diputar-putar pula, sampai jantung ini mau copot dari tempatnya. Lututku gemetar (bukan, hampir sekujur tubuhku gemetar), baik waktu di atas, bahkan saat turun. Begitu turun dari Giant Swing monyong itu, aku langsung lari ke toilet. Bukan karna sesak pipis, tapi pengen munta*. Mbak Iwed aja nyerah sehingga personil tinggal berempat. Mbak Iwed tepar tanpa banyak bicara. Rasanya mual dan muter-muter di dalam sini (sambil nunjuk perut dan kepala). Mending disuruh masuk ke wahana Dunia Lain, deh... Boongan semua di dalamnya (tapi sebelumnya udah ditekadkan dalam hati, harus berani, walaupun pas ngelewatin spot rumah sakit-ambulans-dan teman-temannya, ada sedikit hembusan rasa ngeri juga, hiiyyy....). Efek wahana ini cukup sukses membuat ketiga temanku menutup mata ngeri dan tak pelak membuat Mbak Susi Kinclong terus membaca doa di sepanjang perjalanan, sambil meremas erat lenganku sampai kusut menciut (hahaha lebay).
Habis itu kita nggak main apa-apa lagi. Time is over. Semuanya kumpul di depan roller coaster. Aku nyerah dan sama sekali tidak berselera buat nyobain wahana yang katanya gak nyampe semenit itu. Makasih deh, udah kenyang... Setelah semua ngumpul, kami balik ke hotel. Semuanya lelah selonjoran di kursi bus. Cumaaann, pas di tengah jalan --emang dasar apes ya-- aku sesak pipis, mules, sekaligus pengen munta*. Semua mata (semoga hanya perasaanku saja) tertuju kepadaku. Grrrr, bikin malu aja, aku keluar bus dengan buru-buru sambil mencoba bertahan supaya "itu" jangan keluar tiba-tiba, kemudian aku kembali ke bus seraya menepuk-nepuk kepala yang pusing (yang selanjutnya malah diledekin Iwa Peyek sama si Pak Abbas). Tapi untunglah sebelum ke hotel ada pomp bensin (thanks God), jadi terselamatkanlah saya dari efek-efek durjana itu. Setelah adegan yang tak diharapkan tersebut, aku (merasa) mendadak terkenal, ditanyain, "gimana Grace, kamu udah mendingan?" Aku gak tahu harus bersyukur karna diperhatikan atau harus menutup muka dengan sarung, huffttt...
Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Makanan enak berlemak (alias perbaikan gizi) tak akan lagi ada. Kesenangan liburan pun berakhirlah sudah. Tiba hari Minggu, hari terakhir di Bandung. Apalagi kalau bukan beli oleh-oleh khas Kota Kembang di Kartika Sari dan di Prima Rasa. Untuk orang-orang yang sudah berkeluarga atau tinggal bersama keluarganya, momen ini adalah yang paling dinanti. Kulihat aksi para ibu, bapak, dan sebayaku, dengan hebohnya mereka memilih-milih apa yang akan mereka bawa pulang ke rumah. Seakan bisa membayangkan tangan-tangan hangat yang akan membongkar tentengan mereka. Sudah bisa dipastikan, bus menjadi penuh dengan brownies, keripik, dan makanan ringan lainnya. Huufftt,,, dan aku hanya membeli beberapa cemilan untuk teman kos, Kak Sena, dan teman kantor (dibawa pas lembur).
Pada detik itu pula aku merasakan yang namanya Rindu Setengah Mati. Merasakan sesuatu yang rasanya perih meski tidak sedang teriris pisau. Seandainya aku bisa beliin oleh-oleh ini untuk mama, bapak, Indri, dan Tian. Seandainya mereka bisa ngerasain segelintir dari kebahagiaan jalan-jalanku ini. Seandainya mereka bisa mencicipi secuil dari hasil keringatku. Seandainya. Seandainya. Seandainya...
M-I-R-I-S...
Komentar
Posting Komentar