23 on 22
Tepat hari ini usiaku 23 tahun. Ya, 23 tahunku di hari ke-22 bulan April ini. Pastinya, perjalanan hidup yang cukup panjang dan pantas disyukuri. Penyertaan Tuhan yang tak ada habis-habisnya. Lebih spesial lagi karena hari ini bertepatan dengan hari Jumat Agung, memperingati sengsara Yesus dan kematian-Nya di kayu salib. Sesungguhnya hari ini adalah hari spesial bagiku. Meski aku harus merayakannya seorang diri. Tanpa perayaan dan kue ulang tahun, bersama keluarga, seperti yang sebelum-sebelumnya terjadi. Hari spesial tanpa keluarga rasanya cukup membuat mata berkaca-kaca. Terutama saat mereka meneleponku pagi tadi. Mama menyanyikan lagu "happy birthday" dan mereka bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun buatku. Rasanya aku ingin memeluk mereka detik itu juga. Tapi, itu hal yang sangat mustahil. Aku di Jakarta dan mereka di Parapat, terjebak karena mogoknya mobil yang mereka kendarai saat akan berkunjung ke kampung halaman, Porsea.
Yah, begitulah. Mungkin semuanya tak berjalan seperti yang kita mau. Tapi, tersenyumlah dan bersukacitalah. Masih banyak hal yang bisa disyukuri. Terutama, saat ini aku teringat pada orang-orang yang mungkin tak sampai pada usianya yang ke-23 sepertiku. Saat mereka harus mengakhiri hidup mereka sebelum usia ini. Termasuk di dalamnya, sahabatku, Clarissa Mentarina Ginting. Setiap kali aku mengingatnya, aku selalu bersyukur atas hidupku juga segala yang terjadi di dalamnya. Masa SMA yang kami jalani bersama. Cita-cita yang ingin diraih setelah lulus SMA dan serangkaian kisah-kisah anak sekolahan, bimbel, mengerjakan tugas, olahraga, istirahat ke kantin, ke perpus, ke toilet, dan lain-lain. Hmm, terlalu banyak hal yang pernah kami lakukan bersama, hingga rasanya terlalu sulit untuk menghapus memori itu. Setiap kali aku mengingatnya, aku pun introspeksi diri sekaligus mensyukuri apapun yang aku punya. Sedih, susah, senang, bahagia, sukses, gagal, semua perjalanan itu benar-benar mendewasakanku. Thank God. Thanks so much.
Bagaimana dengan kado??
Tidak ada kado bujur sangkar berbalut kertas warna-warni. Tidak ada boneka, cokelat, buku, atau sesuatu yang mungkin bisa dijadikan kado untukku. Tapi, ada satu kado yang tak akan kulupakan sepanjang hidupku. Kado spesial dari Tuhan. Ya, sangat spesial. Karena diberikan pada saat yang spesial dan hanya untukku. Setelah sekian lama aku bergumul dan mencari pekerjaan setelah hari wisudaku itu, 19 April adalah catatan sejarah sekaligus awal perjalananku yang sesungguhnya. Yup, Tuhan memberiku pekerjaan. Bank Permata Jl. Sudirman adalah kantor pertamaku. Accounting and Reporting Branches Jabodetabek itulah jabatan pertamaku. Lalu, 27 April nanti akan menjadi hari pertamaku merintis tiga bulan lamanya masa percobaanku di sana. Aku pun sangat berharap aku akan lulus dalam tahapan ini. Well, inilah kado terbesarku saat ini. Yes, kado. Karena ini semua adalah pemberian Tuhan. Cuma-cuma. Bukan karena kuat hebatku, tapi hanya karena anugerah-Nya semata.
Terima kasih, Bapa. Benarlah bahwa semua indah pada waktunya. Benarlah bahwa Kau tak mengingkari janji-Mu dan tak pernah membiarkanku sendiri menghadapi semua. Thank God buat keyakinan yang dulu Kau tanamkan bagiku. Keyakinan yang telah membuatku mampu membulatkan tekad untuk melangkahkan kaki ke tempat ini, ke tempat yang mungkin belum kukenal dengan baik, namun kuyakini di sinilah janji-Mu, ya Tuhan... Thank God buat keteguhan yang telah membuatku tetap bertahan pada keyakinan itu. Sekalipun sekelilingku menentang apa yang kuyakini. Sekalipun rasanya apa yang kualami terkadang hampir membuatku menyerah dan tak punya harapan. Tapi inilah akhirnya, kasih Tuhan masih menaungiku. Dan seperti Abraham, aku akan terus melangkah dengan iman. Amin :)
Yah, begitulah. Mungkin semuanya tak berjalan seperti yang kita mau. Tapi, tersenyumlah dan bersukacitalah. Masih banyak hal yang bisa disyukuri. Terutama, saat ini aku teringat pada orang-orang yang mungkin tak sampai pada usianya yang ke-23 sepertiku. Saat mereka harus mengakhiri hidup mereka sebelum usia ini. Termasuk di dalamnya, sahabatku, Clarissa Mentarina Ginting. Setiap kali aku mengingatnya, aku selalu bersyukur atas hidupku juga segala yang terjadi di dalamnya. Masa SMA yang kami jalani bersama. Cita-cita yang ingin diraih setelah lulus SMA dan serangkaian kisah-kisah anak sekolahan, bimbel, mengerjakan tugas, olahraga, istirahat ke kantin, ke perpus, ke toilet, dan lain-lain. Hmm, terlalu banyak hal yang pernah kami lakukan bersama, hingga rasanya terlalu sulit untuk menghapus memori itu. Setiap kali aku mengingatnya, aku pun introspeksi diri sekaligus mensyukuri apapun yang aku punya. Sedih, susah, senang, bahagia, sukses, gagal, semua perjalanan itu benar-benar mendewasakanku. Thank God. Thanks so much.
Bagaimana dengan kado??
Tidak ada kado bujur sangkar berbalut kertas warna-warni. Tidak ada boneka, cokelat, buku, atau sesuatu yang mungkin bisa dijadikan kado untukku. Tapi, ada satu kado yang tak akan kulupakan sepanjang hidupku. Kado spesial dari Tuhan. Ya, sangat spesial. Karena diberikan pada saat yang spesial dan hanya untukku. Setelah sekian lama aku bergumul dan mencari pekerjaan setelah hari wisudaku itu, 19 April adalah catatan sejarah sekaligus awal perjalananku yang sesungguhnya. Yup, Tuhan memberiku pekerjaan. Bank Permata Jl. Sudirman adalah kantor pertamaku. Accounting and Reporting Branches Jabodetabek itulah jabatan pertamaku. Lalu, 27 April nanti akan menjadi hari pertamaku merintis tiga bulan lamanya masa percobaanku di sana. Aku pun sangat berharap aku akan lulus dalam tahapan ini. Well, inilah kado terbesarku saat ini. Yes, kado. Karena ini semua adalah pemberian Tuhan. Cuma-cuma. Bukan karena kuat hebatku, tapi hanya karena anugerah-Nya semata.
Terima kasih, Bapa. Benarlah bahwa semua indah pada waktunya. Benarlah bahwa Kau tak mengingkari janji-Mu dan tak pernah membiarkanku sendiri menghadapi semua. Thank God buat keyakinan yang dulu Kau tanamkan bagiku. Keyakinan yang telah membuatku mampu membulatkan tekad untuk melangkahkan kaki ke tempat ini, ke tempat yang mungkin belum kukenal dengan baik, namun kuyakini di sinilah janji-Mu, ya Tuhan... Thank God buat keteguhan yang telah membuatku tetap bertahan pada keyakinan itu. Sekalipun sekelilingku menentang apa yang kuyakini. Sekalipun rasanya apa yang kualami terkadang hampir membuatku menyerah dan tak punya harapan. Tapi inilah akhirnya, kasih Tuhan masih menaungiku. Dan seperti Abraham, aku akan terus melangkah dengan iman. Amin :)
Komentar
Posting Komentar