Pemimpi Baru
Aku sudah lupa entah kapan tepatnya aku mengenalnya. Aku tak pernah tau akan berjalan sejauh ini. Awalnya aku mengira akan biasa saja. Tapi kehadirannya menumpahkan warna baru dalam kanvas hidupku. Tak pernah kukira akan seperti ini. Kisah hidupnya menyeretku masuk dalam ruang imajinasinya. Hidup memang bukan soal permainan kata-kata. Tapi ketahuilah lewat kata-kata itulah aku mulai menilamu menarik. Tak pernah kuduga akan ada banyak hal yang kudapatkan dari pertemanan ini. Tak seperti pertemanan lainnya. Kita tak pernah bertemu sekalipun dalam dunia nyata. Akupun tidak terlalu mengenal dirimu yang sebenarnya. Setiap hari aku menunggu apalagi yang akan kau tuliskan. Ide apalagi. Penasaran selalu menyeretku masuk dalam ruangan publikmu. Ruanganmu penuh kata-kata yang menyedotku ke alam pikiranmu. Aku mengagumimu. Lebih tepatnya lagi, aku mengagumi karyamu, hahaha... Perkenalanku denganmu seperti arus yang membawaku semakin jauh dari kisah yang mendayu-dayu. Membawaku jauh ke area kekuasaanmu. Alegori. Kau menyebutnya demikian. Apapun itu namanya. Bagiku itu adalah sebuah dunia baru. Dunia yang dengan sangat mudah telah mencuri perhatianku. Praktis, aku segera menyukai rumahmu. Aku menyukainya seolah aku pernah menyukai semua itu sebelumnya.
Benar, berawal dari kesamaan minat. Berawal dari kesamaan gelora yang mengusik setiap saat. Akupun demikian. Kata-kata memenuhi pikiranku setiap hari. Aku tak punya pilihan selain mengikuti gerakannya di dalam sini. Di dalam mana? Entahlah, sebenarnya akupun tak pernah tahu di mana tepatnya dia berada. Yang kutahu dia bergerak dengan hebatnya seolah hendak mendobrak hancur dinding pertahananku. Melompat keluar lalu berlari entah ke mana. Bukan sesuatu yang luar biasa mungkin. Tapi cukup merisaukan bila tak segera ditangani. Pikiranku sama seperti yang kau rasakan. Penuh kata-kata. Pikiran yang tak pernah berhenti berpikir. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk mendeskripsikannya. Inilah impian kita. Impian kedua penulis cetek yang berharap bisa menyentuh kawasan canggih. Kapankah itu? Yang pasti tetaplah menulis, hai kita, para penulis cetek... Jangan pernah berhenti sampai Sang Waktu berkata pada kita, inilah saatnya :D
Komentar
Posting Komentar