Dua Huruf

2 Agustus 2010 menjadi pengesahan titik awal perjalanan panjangku. Akhirnya aku wisuda juga. Thank God. Selama empat tahun berjuang demi dua huruf tambahan yang diletakkan di belakang nama asliku. Ckckck... Perjuangan habis-habisan demi dua huruf bernama S dan E, alias Sarjana Ekonomi. Fiuhh...

Kehebohan terjadi di sekeliling auditorium Universitas Sumatera Utara. Apalagi kalau bukan mendokumentasikan diri sendiri dan kenangan bersama keluarga dan sahabat. Jualan papan bunga bertebaran di mana-mana, sampai bingung mau pilih yang mana. Berjalan pun sudah sangat kesulitan. Suasana auditorium benar-benar ramai, panas terik, dan menyesakkan dada. Pemandangan manusia membludak seperti lautan manusia yang sedang berada di konser musik band ternama.

Senyum bahagia berceceran di mana-mana. Tentu saja senyuman orang tua adalah yang paling berbahagia, karena anaknya sudah lulus, dan menjadi seorang sarjana. Terlepas dari apapun hasil nilai (IPK) mereka, kebahagiaan tetap menjadi milik mereka. Jadi wajar saja momen seperti ini layak untuk didokumentasikan. Meski harus merogoh kantong yang sudah semakin bolong. Seperti keluargaku yang begitu bersemangat berfoto ria dengan putri sulungnya ini,. Orang Batak  biasa menyebutnya dengan "Boru Panggoaran".

Begitulah, setelah upacara penyerahan tabung dan selempang selesai, acara narsis ria pun dimulai. Waktu yang dipakai untuk berfoto di dalam auditorium lebih lama sehingga waktu untuk berfoto-ria di luar menjadi semakin sempit. Belum lagi jumlah teman-teman yang semakin menipis karena sudah banyak yang buru-buru meninggalkan lokasi upacara wisudaan. Berfoto memang salah satu cara ampuh untuk mengabadikan momen spesial, selain menuliskannya di blog seperti yang kulakukan ini, hehe... Dan kau tahu berapa budget yang harus dikeluarkan untuk total foto yang ada? Rp 400.000 bukanlah jumlah yang sedikit untuk sekedar mengabadikan momen dalam potret cetakan foto berukuran jumbo. Lagipula model (tokoh utama) di dalam setiap foto juga selalu sama.

Aku, aku, dan aku. Hari itu benar-benar milikku karena semua perhatian terkuras dan tertuju hanya untukku. Semua pengorbanan dipersembahkan demi kesuksesan ini. Mulai dari bangun jam 4 pagi untuk ke salon, merogoh kocek untuk foto studio dan papan bunga, sampai pada acara syukuran yang diadakan di rumah. Betapa beruntungnya aku. Hari itu adalah hariku. Hari yang diciptakan dan disediakan khusus untukku. Thank God... Semua ini bisa terjadi karena cinta-Mu, cinta orang tuaku, dan sahabat-sahabatku. Aku bisa seperti ini bukan karena kekuatanku sendiri tapi karena CINTA...

Lalu, selanjutnya apa yang akan terjadi berikutnya?? Aku belum tahu. Bukannya aku tidak mau memulai sesuatu yang kelihatan indah dan gemilang yaitu bekerja di kantoran seperti saran-saran para orang tua. Yang aku tahu aku harus terlebih dahulu melakukan dan menuntaskan apa yang ada di depan mata saat ini. Begitulah, menulis dan menulis demi mengikuti lomba cerpen dan novelet. Mungkin tak banyak orang yang akan mengerti hal yang satu ini. Yang kuyakini adalah aku harus menuntaskannya sebelum akhirnya aku harus memulai segala sesuatu yang baru. Ini membawa kepuasan tersendiri bagiku. Semoga berjalan sesuai kehendak dan waktu Tuhan. Amin :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kangen.

Anak SD Era 90'an

Bahagia