Mak, Mak...
Persis tadi siang. Tiba-tiba aku merindu. Langsung kutanya kabarmu lewat sms & wa. Tak ada balasan. Tapi tiba-tiba telepon masuk darimu. Suaramu berat.
"Mamak batuk?"
"Lagi di rumah sakit, nang.."
Jedeeerr!!
"Diinfus. Dua botol."
"Kok bisa?"
Lalu dirimu bercerita sedikit dan meminta doa supaya semua baik-baik saja.
Ah, rasanya aku ingin memelukmu detik itu juga. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca. Aku berusaha menahan. Rasanya ingin terbang dalam sekejap. Untuk menemanimu. Tapi aku cuma bisa berdoa. Semoga tidak ada hal buruk terjadi.
Tiga jam berlalu. Aku sudah tak sabar mendengar kabarmu. Aku sms lagi. Aku menunggu. Tak ada balasan. Aku telepon. Tak ada jawaban. Pikiranku kalut. Kutelepon my brother. Tak diangkat.
Aaahh... Di mana kalian semuaa?? jeritku dalam hati.
Pada nada sambung penghabisan, tiba-tiba kudengar jawaban. Akhirnya. Suara berat lagi. Ah.. Aku baper.
"Lagi di mana, dek?"
"Baru bangun, kak.."
Tuiingg...
Tiba-tiba jeritan khasmu terdengar lewat hapeku.
"Udah nyapu bilaannggg..."
Aku tertawa. Tidak ada suara lain yang ingin kudengar saat itu. Hanya suaramu. Maknyaakk... #tears
Dan kita pun ngobrol hampir 10 menit. Kunikmati semua cerita & nasihat cerewetmu. Tidak kupotong sedikitpun. Syukurlah, Tuhan, pikirku. My mother is coming back to normal.
Mamak yang kuat. Baru diinfus dua botol dalam hitungan jam. Begitu keluar dari rumah sakit, udah nyapu aja. Ah, mamak. Gimana aku nggak makin sayang dan kagum sama mamak. Dirimulah contoh nyata untukku bagaimana wanita itu haruslah kuat dan mandiri. I can't imagine how will i live without you, Mom..
"Mak, mak.. Jangan paksakan dirimu, mak.." ucapku sebelum menutup telepon.
"Iya, nang.."
Ah.. Thank you Lord.. You heal my mother.. Thank you so much.. :)
Aku jadi teringat pada telinga kiriku yang berdengung dari kemarin. Mungkin pertanda atau firasat. Entahlah.
Komentar
Posting Komentar