Seberat apa rupanya?

Ini hari yang berat. Kerjaan di kantor kayak kereta api. Tugas di sekolah minggu juga numpuk kayak penumpang kereta, bercabang-cabang kayak jalur kereta. Ditambah ada slek sama teman sendiri. Bikin mood makin eneg kayak nyium ketek orang di kereta. Hati nyesek. Kepala butek. Rasanya pengen nangis tiap kali ingat. Kecewa iya. Capek iya. Pusing apalagi. Rasanya pengen lari ke ketek mamak. Nah lho..

Akhirnya aku sadar sesuatu. Semua orang punya masalah. Tuhan juga punya masalah. Kenapa ciptaan-Ku ini makin susah diatur? Semua orang pernah kecewa. Tuhan juga. Sering malah. Kenapa ciptaan-Ku ini lebih sering bikin dosa? Maapkan aku Tuhan. Ternyata masalahku gak ada apa-apanya.

Sampai akhirnya aku telponan dengan mamak. Ada kabar gembira. Tadi pagi keluarga Tulang Tiara berkunjung ke rumah di Tele. Mereka sudah berpelukan dan saling mengampuni. Spontan mataku berkaca-kaca dan berkata, "Puji Tuhan lah mak e... Ini bukan mimpi kan, mak?" saking terharunya.

Pelajaran hari ini, Tuhan nggak pernah mengabaikan kita. Dia selalu menjawab doa kita anak-Nya, bahkan saat kita udah menyerah dan lupa kapan terakhir kali kita menaikkan doa yang itu.

Oh iya, satu lagi, akhirnya aku udah ngomongan lagi sama temanku itu pas ketemu di kosan. Ya sih, aku yang duluan menyapa dan tersenyum. Sebenarnya susah kali kurasa melawan emosi dan pikiran yang kumiliki saat itu. Tapi yaudalah nggak apa-apa kalau itu demi perdamaian dunia, ceilee, hahaha..

Begitulah. Aku bersyukur kali sekarang. Karena sebelum matahari terbenam aku bisa menang bersama Tuhan. Haleluia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak SD Era 90'an

Kangen.

Bahagia