forGIVE TO forGET

Hampir genap sebulan sejak saat kukatakan kalimat tersiratku padamu. Entah apa penilaianmu padaku, aku tak peduli lagi. Yang jelas aku tak ingin menyesali apa yang sudah kulakukan waktu itu. Bego. Bodoh. Rasanya seperti orang tolol. Kenapa aku harus ungkapkan padamu dengan cara itu? Aku muak dengan semua kesesakan di hati. Aku jenuh dengan pikiran yang terus-menerus memutar kisah tentangmu. Kisah kita saat masih sering bersama menjalani hari-hari. Aku bosan dengan sapaan teman. Benarkah kita teman? Hingga akhirnya aku merasa bahwa kau tak sungguh-sungguh menganggapku temanmu. Setelah aku mengalami perlakuanmu padaku. Hingga akhirnya kukatakan, maybe I am not really your good friend. Hanya kenalan biasa, pikirku. Aku menangis, bukan karena Tuhan tak mengizinkan kisah kita berlanjut dan berakhir bahagia. Aku menggalau bukan karena akhirnya sang waktu memutuskan kita untuk berpisah semakin jauh dan semakin mustahil untuk dapat bertemu kembali. Aku muram lebih kepada perlakuanmu yang seolah tak menganggapku ada, tak memandang pertemanan kita berarti. Aku yang telah percaya padamu, terbuka, dan menganggapmu lebih dari teman biasa. Bagiku, tak cukup lagi kata teman di antara kita. Aku ingin lebih dari itu. Sahabat. Saat perpisahan pertama yang membuatku berpikir ulang tentangmu. Hingga kuputuskan untuk menerima apapun kekuranganmu yang dianggap sesuatu banget di mata teman lainnya. Aku sadar aku terjebak dalam rasa yang mengambang. Entah bagaimana bisa. Aku menyayangimu sahabat. Aku merindukanmu. Aku memikirkanmu. Perasaan yang salah. Kenapa harus denganmu? Perasaan idiot ini. Perasaan yang membuatku terluka pada akhirnya. Ketidakterbukaanmu padaku ibarat tembok yang sengaja kaubangun tinggi-tinggi di depan mukaku. Kau tak ingin aku tau banyak tentangmu. Atau apapun alasanmu, biarlah jadi rahasiamu sendiri. Aku tak peduli lagi. Kupikir inilah yang terbaik. Kupikir sudah saatnya. Kuharus lupakanmu. Lambat laun. Hingga akhirnya aku akan benar-benar bisa memafkanmu dan melupakanmu. Suatu saat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kangen.

Anak SD Era 90'an

Bahagia