Maaf, Tolong, Terima Kasih…
Manusia adalah makhluk sosial. Saling membutuhkan, saling menolong, dan saling menghargai. Setiap orang mungkin memiliki berbagai kepentingan yang berbeda-beda satu sama lain. Kita membutuhkan orang lain, dan sebaliknya orang lain juga membutuhkan kita. Tetapi, sadar atau tidak sadar kita sering lupa dan mengabaikan ketiga kata berikut saat sedang bersosialisasi dengan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia lainnya.
1) Maaf
Masih ingat tokoh Mpok Minah yang pernah dimainkan dalam sinetron Bajaj Bajuri? Tokoh ini menggambarkan tentang seseorang yang kaya akan permintaan maaf. Tidak pernah ragu dan segan meminta maaf bila memang punya salah (walau terkadang berlebihan juga, hehe..). Kebanyakan orang lebih suka mempertahankan gengsi atau harga dirinya untuk meminta maaf lebih dulu, meskipun mereka sudah tahu bahwa merekalah yang bersalah. Poor boy… Suatu saat kita membutuhkan bantuan dari seseorang tetapi yang dibutuhkan sedang punya kesibukan. Apa reaksi kita? Adakah ucapan seperti “Maaf mengganggu. Boleh gak kamu bla, bla, bla…” terlebih dahulu? Atau jangan-jangan kita langsung nyerocos seenak jidat mengutarakan kepentingan kita tanpa memedulikan betapa sibuknya dia saat itu? Lalu, kalau tanpa sengaja kita bertabrakan dengan orang saat berjalan, apa yang kita lakukan? Melotot dan membentak-bentak atau minta maaf? KDers, minta maaf bukan berarti turun gengsi atau kalah, lho. Minta maaf adalah cerminan hati seorang satria. Seorang anak Tuhan selalu rendah hati karena dia senantiasa mau mengalami pembaharuan budi.
2) Tolong
“Mbak!! Bikinin kopi donk!! Mbak!! Setrikain pakaianku donk!! Cepetan donk, Mbak!! Mbaak!! Mbaaak!! Mbaaak!!” (semakin lama semakin bergema….)
Walah, walah, walah… Apakah kita seperti itu? Kalau iya, bertobatlah segera, saudaraku. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Jadi, hargailah mereka sekalipun berbeda strata sosial dengan kita. Kita membutuhkan orang lain dan mereka juga membutuhkan kita. Pembantu tugasnya adalah untuk menolong majikan, tetapi tidak ada salahnya kan kita menyelipkan kata “tolong” di awal perintah atau permintaan kita kepadanya? Dengan begitu mereka akan merasa lebih dihargai dan lebih semangat mengerjakan segala sesuatunya untuk kita.
3) Terima Kasih
Nah, setelah kita dimaafkan atau mendapat pertolongan, adakah kita ingat mengucapkan “terima kasih” kepada mereka? Atau semuanya segera berlalu begitu saja? Tergantikan oleh kesenangan kita setelah memperoleh apa yang kita harapkan atau inginkan sebelumnya. Apa reaksi kita saat ada seseorang mengambilkan barang yang terjatuh saat kita sedang sibuk-sibuknya membawa banyak beban (barang) dalam genggaman kita? Bagaimana reaksi kita saat si mbak membuatkan kopi atau sesuatu buat kita? Adakah sepucuk ucapan terima kasih itu untuk mereka? Atau kita hanya melengos membuang muka tanpa menghiraukan sedikitpun tatapan mereka yang telah menolong kita. Terima kasih mencerminkan sebuah hati yang selalu bersyukur, bahkan atas pertolongan-pertolongan kecil sekalipun.
Jika kita berat mengucapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih, cobalah untuk menempatkan diri di posisi mereka yang sedang berada di hadapanmu. Kalau menjadi mereka, bukankah kamu juga mengharapkan kata-kata yang sama? Maaf, tolong, dan terima kasih. Ketiga kata yang sering sekali sangat sulit keluar dari mulut setiap orang hanya karena satu alasan. Gengsi (harga diri). Sebagai anak-anak Tuhan, jangan pernah malu ya untuk membudayakan ketiga kata tersebut (saat memang diperlukan). Jadilah berkat bagi orang lain meski dengan cara-cara sederhana. Be a perfet you. (GMS)
(pernah dimuat di Majalah Kingdom, rubrik D' Perfect You, edisi Desember 2010)
(pernah dimuat di Majalah Kingdom, rubrik D' Perfect You, edisi Desember 2010)
Komentar
Posting Komentar