Mengerang dalam doa...
Doa di saat kita dalam keadaan seperti sudah tidak bisa berdoa...
Kadang-kadang ada waktu dimana kita sedang menghadapi masalah yang terlalu berat dan ketika kita mau berdoa kita malah merasa seperti sudah tidak bisa berdoa (seolah-olah kehilangan pengharapan). Dalam keadaan ini, kita harus tetap berdoa dan tidak boleh meninggalkan Tuhan.
Keadaan seperti itu pernah dialami oleh bangsa Israel ketika mereka selama beratus-ratus tahun mengalami penderitaan dan perbudakan yang sangat berat di Mesir. Karena mereka sudah tidak tahan dalam penderitaan apa yg mereka lakukan?
Keluaran 2:23: “Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan dan mereka berseru-seru sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.”
Doa orang Israel dalam ayat di atas disebut dengan doa yang “mengerang”. “Mengerang” pada dasarnya bukan suatu doa yang sempurna. “Mengerang” timbul dari rasa lelah / sakit / mengeluh yang terlalu berat dalam hidup. Namun, doa yg mengerang adalah doa yang penuh kuasa (powerful). Doa seperti ini biasanya muncul ketika kita merasa sudah tidak bisa berdoa lagi akibat beratnya beban penderitaan yang sedang kita alami (contoh doa mengerang: seperti ketika kita mengeluarkan nafas panjang dan hanya sanggup menyebut nama “Tuhan” serta seperti tidak sanggup lagi mengeluarkan kata-kata yang banyak).
Doa yang seperti ini (mengerang) juga bisa dimengerti Tuhan karena Roh Kudus yang akan membantu untuk menerjemahkan arti dari doa seperti itu. Rujukan ayatnya adalah Roma 8:26 : “(26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”
“Mengerang” merupakan doa yang keluar dari dalam hati yang dalam dan melalui doa seperti ini kita sebenarnya ingin mengatakan “Tuhan, aku sudah tidak sanggup lagi, aku angkat tangan dan aku teriak mohon pertolonganMu. Kuasa doa yang “mengerang” dapat kita lihat dari kisah mengenai erangan/teriakan minta tolong dari bangsa Israel yang didengar oleh Tuhan. Dalam Keluaran 2 ayat (25) diceritakan bahwa“Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka”.
Kemudian, dalam Keluaran 6:4-7 diceritakan bahwa Allah mendengarkan erangan bangsa Israel dan Allah pun mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Karena Ia mengingat janji-Nya maka Allah bertindak membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
Tindakan pembebasan yang dilakukan Allah dapat dilihat dari Keluaran 6:4-7 berikut ini:
(2) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN".
(3) Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.
(4) Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing,
(5) tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku.
(6) Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.
(7) Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu , supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.
(8) Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN”
Namun, ada pertanyaan yang menarik dari kisah bangsa Israel ini, yaitu mengapa mereka baru “mengerang” setelah menjalani penderitaan akibat perbudakan selama ratusan tahun? Mengapa hal itu tidak dilakukan di tahun-tahun pertama perbudakan misalnya 10 (sepuluh) atau 20 (dua puluh) tahun pertama? Jawabannya: karena selama bertahun-tahun itu mereka merasa tahan/kuat/mampu menghadapinya dan seolah-olah tidak memerlukan pertolongan Tuhan.
Sikap bangsa Israel ini merupakan kecenderungan dari sifat manusia. Kisah ini kiranya bisa mengingatkan kita agar kita tidak merasa mampu dan tahan ketika berada dalam suatu pergumulan. Lebih baik kita langsung meminta pertolongan Tuhan ketika ada masalah dan tidak menunggu sampai masalah tersebut menjadi berat.
Ada 2 (dua) contoh lain yang menggambarkan betapa berkuasanya doa yang “mengerang” seperti yang sudah digambarkan dalam dalam sejarah bangsa Israel di atas.
1. Kisah Tuhan Yesus menyembuhkan orang tuli dan bisu di Dekapolis (Markus 7:34-35)
Disini diceritakan bagaimana proses Tuhan menyembuhkan orang yang tuli dan bisu. Sebelum menyembuhkan dengan cara mencolok telinganya, Tuhan Yesus terlebih dahulu menengadah ke langit, menarik nafas (seperti mengerang) dan kemudian mengatakan efata.
Markus 7:34-35:
(34) Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!
(35) Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.
Makna dari Tuhan Yesus “menarik nafas” adalah bahwa Tuhan Yesus dengan kasih-Nya merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang tuli dan bisu ini. Hanya kasih yang bisa membuat orang merasakan penderitaan orang lain.
2. Kisah mengenai Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus (Yohanes 11:33-36)
Disini diceritakan bahwa Tuhan Yesus mengerang sebanyak 2 (dua) kali sebelum Ia membangkitkan Lazarus.
a. Yang pertama adalah ketika Tuhan Yesus melihat Maria dan orang Yahudi menangis. Ini diceritakan dalam ayat (33): “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya”
Dalam Alkitab terjemahan King James “masygullah hati-Nya” disini diartikan sebagai “He groand in the spirit” atau dengan kata lain “mengerang di dalam hati-Nya”. Mengapa Tuhan Yesus mengerang (groand) dan bahkan sampai menangis? karena kematian sebenarnya bukan hal yang bisa bagi Tuhan. Sejak awal Allah tidak pernah merancangkan manusia untuk mati. Disini Tuhan sedang merasakan bahwa sebenarnya kematian manusia sama sekali bukan rancangan-Nya.
b. “Mengerang” yang kedua kali diceritakan dalam ayat (38). Disini Tuhan Yesus kembali “mengerang” ketika mereka akan pergi ke kubur Lazarus.
“(37) Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" (38) Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu.”
Dalam Alkitab terjemahan King James frase “masygullah pula hati Yesus” diartikan sebagai “again groaning in Himself” atau dengan kata lain “kembali mengerang dalam hati-Nya.
Kemudian, dalam ayat 39-42 diceritakan bagaimana kuasa “mengerang” membangkitkan Lazarus:
“(41) Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.
"(42) Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
Dalam ayat-ayat di atas ada kalimat Tuhan Yesus yang mengatakan: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu karena Engkau telah mendengarkan Aku”. Dalam hal ini yang didengarkan Allah sebenarnya adalah erangan-erangan Tuhan Yesus (sampai dua kali) yang diceritakan sebelumnya. Sesudah mengucapkan kalimat ini kemudian Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus.
Ini diceritakan dalam ayat 43-44.
“(43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar! "
Ini diceritakan dalam ayat 43-44.
“(43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar! "
(44) Orang yang telah mati itu datang ke luar , kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."
Catatan, “Mengerang” berbeda dengan komplain dan bersungut-bersungut. Sekali lagi, “mengerang” adalah doa yang timbul dari hati yang paling dalam yang menggambarkan suatu keadaan dimana kita sudah menyerah/tidak sanggup lagi/angkat tangan menghadapi masalah yang sedang kita hadapi dan kita memerlukan pertolongan dari Tuhan.
Seperti Tuhan Yesus yang menengadah ke atas sebelum melakukan kedua mukjizat di atas maka dalam menghadapi masalah pun kita hendaknya melihat ke atas (kepada Bapa) karena sesungguhnya pertolongan kita datangnya hanya dari atas (Tuhan). Jadi, kita tidak boleh berpura-pura kuat seolah-olah tidak memerlukan pertolongan Tuhan. Tuhan sudah berfirman dalam 2 Korintus 12: 9 bahwa kuasa-Nya bekerja luar biasa dalam kelamahan.
Mari kita ucapkan doa ini ketika kita dalam kelemahan:
“Tuhan yang baik, aku orang yang lemah, tapi aku tahu bahwa aku mempunyai Tuhan yang kuat dan perkasa. Itu sebabnya segala perkara dapat kutanggung di dalam-Mu yang memberikan kekuatan kepadaku”. Amen! God bless us..
Kotbah Pdt. Ivan Tanudjaya tanggal 01 Februari 2015 (resumed by Rando Purba)
Komentar
Posting Komentar